Home Advetorial Pola Kerjasama Guru – Wali Murid Pada Masa Pandemi Covid-19

Pola Kerjasama Guru – Wali Murid Pada Masa Pandemi Covid-19

300
0

Pandemi Covid-19 yang tengah mewabah hingga kini, memang memberikan dampak yang signifikan terhadap  semua sisi kehidupan  manusia. Keberadaanya  hampir tidak dapat diprediksi oleh semua pihak, seolah terjadi begitu saja tanpa memandang status dan strata sosial seseorang. Semua orang berpotensi untuk terkena dampak virus yang bermula dari Wuhan Tiongkok tersebut, kini dampaknya tidak hanya dirasakan segelintir orang, akan tetapi juga dirasakan oleh banyak pihak. Dampak terbesarnya bukan hanya menyangkut masalah kesehatan semata, akan tetapi dampaknya menyangkut seluruh aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan.

Banyak perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan selama kemunculan pandemi Covid-19. Terutama dari sisi pembelajaran, baik menyangkut strategi, media, materi, administrasi  pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Perubahan-perubahan tersebut secara sukarela diterima  oleh seluruh  pihak  karena  memang  kondisi  dan  situasinya  tidak  memungkinkan. Walaupun  pada  awalnya  banyak  pihak  termasuk  guru  yang  merasa  kesulitan dengan  sistem  perubahan yang  ada,  namun  lambat  laun  tampaknya  semua  pihak mulai  terbiasa.  Perubahan  drastis  yang tampak  dari  sisi  pembelajaran  ialah perubahan  tatap  muka  menjadi pembelajaran jarak   jauh, perubahan sistem pembelajaran langsung menjadi online.

Masalah Dunia pendidikan saat ini tengah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, proses pendidikan yang biasa yang berpusat di sebuah gedung bernama sekolah, dengan adanya social distancing Covid-19 ini akhirnya proses kegiatan belajar mengajar berpindah menjadi di dalam rumah-rumah siswa berbasis koneksi internet atau Saluran Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kejadian tersebut adalah peristiwa yang sangat langka di tengah mewabahnya virus corona, proses pembelajaran siswa setidaknya akan didampingi sepenuhnya oleh orang tua yang mungkin sebagian besar juga sedang melaksanakan work from home (WFH).

Momentum langka inilah muncul ke permukaan, karena orang tua akan bertemu dengan kewajiban dasarnya kembali sebagai pendidik utama sekaligus penanggung jawab proses pendidikan dari anak-anaknya. Sebelumnya, untuk sebagian orang tua yang disibukkan dengan berbagai urusan pekerjaan, banyak yang memberikan kewenangan kepada sekolah seutuhnya sebagai tumpuan proses pendidikan bagi anak-anaknya.

Kunci dari keberhasilan pembelajaran dengan sistem jarak jauh atau daring ialah kerjasama antara orang tua, guru dan lingkungan sekitar. Dalam hal ini lebih utamanya adalah orangtua dan guru. Sebab dua sosok inilah yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran. Jika dahulu mungkin orang tua hanya sekedar menghantarkan anaknya ke sekolah, lantas pulang dan kembali menjemputnya kembali. Kini semua urusan hampir menjadi tugas orang tua, sampai pada mengajarkan anak untuk mengerjakan tugas-tugas pembelajaran juga membutuhkan pendampingan orang tua.

Kerjasama guru dan orang tua pada pembelajaran AUD memang tidaklah dapat terelakkan, sebab pada jenjang ini anak usia dini memang sangat memerlukan pendampingan orang tua dalam melaksanakan pembelajarannya. Pembelajaran dengan cara daring atau jarak jauh tentu menimbulkan penurunan minat dan motivasi anak untuk belajar, hal ini dikarenakan tidak maksimalnya pembelajaran yang dilakukan, keterbatasan-keterbatasan seperti keterbatasan ruang gerak untuk belajar, keterbatasan jenis materi pembelajaran, keterbatasan fasilitas bermain, tentu saja kondisi ini membuat siswa semakin enggan untuk mengikuti pembelajaran.

Pada pembelajaran daring tingkat AUD tentu anak tidaklah dapat belajar secara mandiri, dalam hal penggunaan fasilitas smart phone dan penggunaan jaringan internet tentu membutuhkan bantuan orang lain, dalam hal ini orang tua, namun tidaklah dapat dipungkiri bahwa kadang kala orang tua juga tidak terlalu mengerti segala problematika yang muncul saat pembelajaran daring berlangsung. Sehingga kerap kali  beberapa siswa dan orang tua keluar dari group pembelajaran sebelum berakhir pembelajaran sebagaimana waktu yang telah di tentukan.

Pola Kerjasama orang tua dan Guru dalam mengelola Pembelajaran Daring di lembaga sekolah adalah guru perlu untuk melakukan kerjasama dengan orang tua agar terjalin hubungan yang saling melengkapi kekurangan terutama pada problematika yang ada. Beberapa pola kerjasama yang dimaksud antara lain, kerjasama permanen  maksudnya kerjasama yang sudah baku yang sudah disepakati sejak awal, dan kerjasama ini sifatnya berlaku secara umum, artinya seluruh orang tua mengikuti segala kesepakatan yang ada, selanjutnya kerjasama sama tentatif yang merupakan lawan kata dari kerjasama permanen, jika kerjasama permanen dilakukan secara tetap dan tidak ada perubahan, kerjasama tentatif ini dilakukan secara berubah-ubah dalam arti, dapat berkembang sesuai dengan evaluasi yang dilakukan. Beberapa bentuk kerjasama dalam pola ini seperti kerjasama model pendampingan anak dalam belajar, kerjasama fasilitas e learning yang digunakan, kerjasama tentang durasi waktu belajar, kerjasama dalam bentuk evaluasi pembelajaran siswa, kerjasama dalam mengelola bermain anak.

Bentuk-bentuk kerjasama sebagaimana yang telah disebutkan di atas memang sewaktu-waktu dapat saja berubah. Maksud dari perubahan ini di awal telah dilakukan disebutkan bahwa pada mulanya sudah disepakati beberapa kerjasama akan tetapi, di karenakan hal-hal yang perlu dilakukan perubahan maka pihak sekolah kembali melakukan perubahan kerjasama. Sebagai contohya dalam hal ini pada mulanya disepakati pembelajaran menggunakan home schooling, akan tetapi ternyata desa dimana lembaga tersebut berada dalam zona merah sehingga tidak diijinkan melakukan pembelajaran secara home schooling dan kembali menggunakan luring dan whatsapp group.

Adanya kendala yang dihadapi dalam kerjasama baik oleh orang tua ataupun guru, yaitu beberapa kendala kecil saja yang sifatnya tidak sampai pada substansi. Beberapa kendala yang dimaksud sebagai berikut, seperti sulitnya berkomunikasi dengan orang tua di luar jam pelajaran sekolah.

Dalam pembelajaran daring, memang kunci keberhasilan terletak pada kerjsaama yang solid antara satu dengan lainnya. Kondisi di lembaga kami sebagaimana yang penulis teliti tidak terjadi kendala yang berarti untuk hal ini, hanya saja memang terkadang sering sekali kesulitan dalam menentukan kesepakatan, seperti penentuan kesepakatan waktu. Sehingga kadang kala kesepakatan yang diambil tidaklah merupakan kesepakatan seluruhnya akan tetapi kesepakatan yang dipilih dari suara terbanyak. Memang dalam hal ini kesepakatan dari suara terbanyak memang menjadi prioritas, akan tetapi menurut hemat penulis terjadi kurang saling memahami satu sama lain tentang kondisi masing-masing. Alhasil beberapa kesepakatan yang telah di ambil terdapat beberapa yang terpaksa tidak mengikuti aturan tersebut.

Kunci dari keberhasilan pembelajaran dengan sistem jarak jauh atau daring ialah kerjasama antara orang tua dan guru. Sebab dua sosok inilah yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran. Jika dahulu mungkin orang tua hanya sekedar menghantarkan anaknya ke sekolah, lantas pulang dan kembali menjemputnya kembali. Kini semua urusan hampir menjadi tugas orang tua, sampai pada mengajarkan anak untuk mengerjakan tugas-tugas pembelajaran juga membutuhkan pendampingan orang tua.

Beberapa kesulitan yang dihadapi orang tua dalam pembelajaran daring sebagai berikut: (1) Sulitnya mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik, (2) Menurunya minat dan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran, (3) Sulit dan minimnya kerjasama orang tua dan guru, (4) Terkendala pada jaringan dan fasilitas internet, (5) Problematika dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, (6) Pola Kerjasama orang tua dan Guru dalam mengelola Pembelajaran Daring. Adapun pola kerjasama antara guru dan orang tua selama pembelajaran daring, terdapat dua pola yakni pola kerjasama permanen, dan pola kerjasama sama tentative. Sedangkan kendala yang dihadapi yakni (1) Sulitnya berkomunikasi dengan orang tua di luar jam pelajaran sekolah, (2) Kendala dalam pemahaman terhadap kondisi satu sama lain.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here