Home Headline Warga Miskin Pengais Gabah Sisa Panen Tak Rasakan Bansos Covid-19

Warga Miskin Pengais Gabah Sisa Panen Tak Rasakan Bansos Covid-19

370
0

BATANG, seputarkendal.com – Puluhan miliar rupiah dana bantuan sosial untuk warga miskin selama pandemi yang digelontorkan Pemerintah Kabupaten Batang, tidak semua warga miskin merasakan. Pasalnya, para warga yang bertahan hidup dengan mengais gabah sisa panen tersebut luput dari perhatian dan tidak mendapatkan bantuan tunai maupun paket sembako. Mirisnya lagi tidak sedikit tetangga yang dirasa mampu justru mendapatkannya Kamis (14/05).

Seperti inilah suasana panen padi di lahan pertanian yang berada di sekitar Jalan Tol ruas Batang-Semarang, para tukang potong tengah memanen padi. Dari panen padi tersebut para warga yang perekonomiannya menengah ke bawah di Desa Lebo, Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang, ditengah pandemi Novel Coronavirus Desease-19 bersama-sama mengais sisa-sisa pemotongan padi saat panen demi mendapatkan sesuap nasi.

Menindaklanjuti penderitaan warga terdampak Covid-19, Bupati Batang Wihaji melalui Plt Sekda Lany Dwi Rejeki mengatakan, untuk penanganan dampak sosial selama pandemi, Pemkab Batang telah menggelontorkan dana Rp54,5 miliar yang bersumber dari APBD.
“Tidak cukup sampai disitu Pemerintah Pusat dan Provinsi juga sudah menyiapkan bantuan yang berasal dari 3 sumber keuangan tersebut,” jelasnya.

Gerojokan dana segar untuk berbagai jenis bentuk bantuan selama pandemi dari Pemerintah Pusat maupun Daerah tersebut tidak semuanya dinikmati oleh warga yang seharusnya mendapatkan bantuan sosial tunai (BST) maupun jaring pengaman sosial (JPS).

Seperti yang dialami oleh para pengais gabah kering sisa panen tersebut, Poniati dan Karyawati yang merupakan warga Gandil, Desa Lebo, Kecamatan Gringsing terpaksa harus gigit jari dan hanya mendengar informasi saja kalau ditengah pandemi Coronavirus-19 seperti saat ini ada bantuan dari pemerintah baik tunai sebesar Rp 600 ribu maupun paket sembako.

“Ya seperti inilah nasib orang kecil, ada bantuan ya kita hanya mendengarkan saja, hanya tetangga yang menikmati, kita sendiri harus tetap gores gabah (mengais gabah kering sisa panen) untuk bertahan hidup,” rintih Poniati.

Hal senada juga dialami Poryah, warga Gesing Desa Lebo, Gringsing, demi bertahan hidup, suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh tani dirinya terpaksa harus mengais gabah sisa panen, mengaku hanya bisa pasrah ditengah pandemi covid19. Tidak sedikit tetangga yang kondisi perekonomiannya mapan bahkan ada yang mempunyai mobil dan sepeda motor baru pada mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, namun dirinya tidak tersentuh bantuan sosial tunai tersebut.

“Yang dapat bantuan uang tunai Rp 600 ribu cuma tetangga aja, padahal mereka sebagian besar warga menengah keatas, rumahnya bagus-bagus, motornya lebih dari satu dan baru, serta ada yang berlebih sampai punya mobil juga mendaptkan bantuan semua, sedih hatiku,” tutur Poryah.

Dari hasil memungut sisa-sisa gabah kering panen tersebut selanjutnya dipilah-pilah dari padi yang berisi dan yang tak berisi terpisah. Dalam satu karung berukuran 50 kilogram setelah dibersihkan hanya menyisakan sekitar 6 kilogram, itupun harus dibagi 4 orang, sehingga setiap pengais gabah hanya mendapatkan 1,5 kilogram setiap kali memungut padi sisa panenan.

Diharapkan para petugas dalam melakukan pendataan bisa lebih selektif sehingga tidak sampai menyisakan warga yang seharusnya berhak mendapatkan tapi malah warga berada yang diberi bantuan sosial dari pemerintah tersebut.(ant)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here