BATANG, seputarkendal.com – Akibat terjadinya tren kenaikan harga minyak goreng di pasaran, sejumlah usaha yang berhubungan dengan bahan penggorengan tersebut kini mulai resah. Pasalnya, para pedagang gorengan di sekitar proyek KITB harus merasakan dampaknya dikarenakan merugi dengan omzet pendapatan turun hingga 40 persen Selasa (19/10).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang pedagang warungan yang menyediakan gorengan dan minuman, tengah sibuk dengan kegiatan goreng menggorengan makanan khas Indonesia yakni tahu tempe. Sepasang suami istri tersebut kini harus memutar otak dalam mempertahankan usaha jualannya di Pasar Tradisional yang berada di jalur pantura Alas Roban atau disekitar proyek KITB Desa Plelen, Kecamatan Gringsing tersebut.
Pasalnya, usaha yang sudah berjalan lama tersebut harus menghadapi perubahan dana belanja bahan baku khususnya bahan penggorengan. Akibat naiknya harga minyak goreng dari semua jenis, mulai curah hingga kemasan tersebut, para pedagangan makanan gorengan tak lagi bisa berbuat banyak hanya pasrah menerima keadaan ditengah lesunya perekonomian saat covid-19 masih mewabah hingga kini.
Seperti yang diungkapkan salah seorong pedagang gorengan, Frida Pakaya, yang setiap harinya terus menggunakan bahan penggorengan untuk menggoreng dagangannya yakni gorengan tahu tempe, mengeluhkan adanya kenaikan harga minyak goreng yang dinilai semakin memberatkan perekonomian para pedagang seperti dirinya ini. Akibat dari kenaikan harga yang tengah berlangsung kurang lebih satu bulan tersebut, harus menanggung kerugian mencapai 40 persen dari omzet normalnya.
“Kita sebagai rakyat kecil ya hanya bisa pasrah nerima keadaan saja, mau merubah ukuran dan harga makanan supaya bisa menutupi besaran belanja takut ditinggalkan pelanggan,”ucapnya.
Para pedagang gorengan berharap peran serta pemerintah dalam intervensi harga di pasar sangat dinanti oleh masyarakat kecil yang mengandalkan hidupnya dengan jualan gorengan tersebut. Bila terus dibiarkan tanpa adanya usaha seperti operasi pasar dari dinas terkait dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Batang, dikhawatirkan masyarakat bawah semakin terhimpit akan kebutuhan ekonomi yang semakin sulit.(ant)