BATANG, seputarkendal.com – Pembelajaran daring akibat Covid-19 membuat para pelajar cukup di rumah saja, lantaran kesulitan mengakses jaringan internet untuk mengerjakan tugas sekolah, sejumlah Siswi SMP N 04 Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, dengan dibantu Bhabinsa Kodim 0736, terpaksa harus belajar di atas genting atau atap sebuah bangunan. Hal tersebut dilakukan karena merupakan satu-satunya lokasi di desa yang bisa menangkap sinyal internet, Selasa (04/08).
Seperti inilah suasana belajar mandiri secara daring yang dilakukan sejumlah pelajar warga Dusun Sigemplong, Desa Pranten, Kecamatan Bawang, terlihat serius berdiri di atas atap bangunan sebuah wc umum untuk mencari sinyal guna menangkap jaringan internet. Lima pelajar SMP Negeri 04 Bawang ini nampak menggerakkan gawainya kesana kemari demi bisa masuk jaringan hot spot milik sekolah yang berjarak dua kilometer dari dusun yang berbukit-bukit.
Para siswa ini sangat terbantu dengan adanya wifi yang baru dipasang oleh pihak sekolah, meskipun harus bertarung dengan bahaya karena tempat inilah satu-satunya lokasi yang bisa dijangkau oleh sinyal.
Sebelum pihak sekolah memasang perangkat wifi atau hot spot gratis, puluhan pelajar yang berasal dari 4 dusun, yakni Rejosari, Pranten, Sigemplong, dan Dusun Bintoro Mulyo, mengaku kesulitan belajar secara daring di masa pandemi atau sebelum ada pandemi Covid-19,” ujar salah satu pelajar Mela Dian Nur.
Selain lokasi dusun sangat terpencil, yakni berjarak 60 kilometer dari ibu kota kabupaten, juga daerah ini sejak dulu kesulitan mengakses layanan publik karena infrastruktur belum sepenuhnya menjangkau.
Prihatin dengan kondisi para pelajar yang harus belajar dari atap bangunan, beberapa personel
Babinsa Kodim 0736 Batang yang bertugas di daerah tersebut juga sering membantu mengawasi bahkan meminjamkan ponselnya kepada siswa yang tidak memiliki untuk bisa mengerjakan tugas sekolah.
Sementara itu pihak sekolah sendiri menggunakan dana bos kinerja dari pemerintah pusat sebesar Rp16,7 juta untuk memasang antena mikrotik dan menyebarkannya ke 4 dusun terdekat.
“Harapannya dengan adanya wifi gratis, para siswa bisa terbantu untuk mengerjakan tugas dan belajar di rumah,” jelas Mulud Sugito.
Meski Wifi untuk para pelajar di lereng Gunung Prau ini gratis, namun penggunaannya sangat dibatasi yakni sebesar 1,5 MBPS saja. Itupun hanya untuk keperluan belajar, seperti mengakses aplikasi Whats App sekolah, situs pendidikan, dan youtube terfilter. Sehingga penggunaan di luar kegiatan belajar seperti games dan lainnya tidak bisa.(ant)