KENDAL, seputarkendal.com – Dusun Bototumpang, Desa Karangsari, Kecamatan Rowosari mendadak viral. Dusun yang terletak di tengah sawah ini punya sejarah menarik dengan adanya situs Bototumpang. Untuk menuju lokasi dari arah Weleri ke arah utara jaraknya sekitar 5 km. Akses jalan dari Weleri melewati Desa Penaruban-Karangdowo-Pucuksari, jalannya cukup bagus.
Namun memasuki Desa Parakan hingga lokasi, kondisi jalan kabupaten ini belum mulus. Aspal dari Desa Parakan hanya sepanjang 500 meter. Artinya sekitar 500 meter lagi hingga lokasi situs masih jalan penuh kubangan.
Sampai di lokasi, tak banyak yang menyangka jika tumpukan batu bata ukuran besar ini peninggalan abad IV atau V Masehi. Lokasinya berada di dataran rendah yang sering terendam air saat musim hujan. Karena berada di lokasi tanah yang sering terendam air, wajar jika bangunan tersebut seperti ambles ditelan bumi. Diatas bangunan tumpukan batu bata ini juga dipenuhi tanaman keras seperti karsen.
Letaknya di belakang rumah seorang warga nyaris tidak terawat. Situs Bototumpang terletak di Dusun Bototumpang, Desa Karangsari RT 01/I, Kecamatan Rowosari. Kini bekas bangunan candi itu menjadi pusat perhatian banyak kalangan. Tak disangka bangunan yang terbuat dari tumpukan batu kuno ini sudah menjadi bidikan Balai Arkeologi untuk diteliti. Pada awal 2019, sejumlah peneliti dari Jakarta melakukan eksavasi terhadap bangunan berbentuk empat persegi panjang yang sudah tertimbun tanah.
Kades Karangsari Basuki mengaku tidak menyangka bangunan tersebut kini sudah menjadi penelitian balai arkeologi. Manurut Basuki saat dirinya masih kecil sering bermain di dekat lokasi. Tumpukan batu batanya masih terlihat jelas. Dia memperkirakan tingginya sekitar 1 meter.
“Kalau sekarang kan sudah makin ambles sehingga tumpukan batu itu hanya sedikit yang masih bisa dilihat,” ujar Basuki.
Menurut Basuki awalnya warga setempat mengira tumpukan batu itu bekas masjid yang gagal dibangun oleh seorang wali karena tepergok warga. Namun setelah tim arkelogi melakukan penggalian sedalam hampir dua meter, ternyata bentuknya mirip candi kuno. Saat dilakukan penggalian pada musim hujan sehingga banyak keluar air. Undakan candi sudah bisa dilihat saat dilakukan penggalian. Usai digali bekas tanah galian dikembalikan lagi karena penggalian akan diteruskan pada 2020 mendatang. (nal/bersambung)