Home Headline Ponpes Nasrul Huda II Bersama Pamor Robban Ajak Petani Kembali Suburkan Tanah

Ponpes Nasrul Huda II Bersama Pamor Robban Ajak Petani Kembali Suburkan Tanah

258
0

BATANG, seputarkendal.com – Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, berimplikasi terhadap kesuburan tanah di lahan pertanian Indonesia kian memprihatinkan untuk keberlanjutan kebutuhan pangan nasional. Pasalnya, dari data yang ada, kondisi tanah produktif saat ini terus berkurang, selain adanya pengeringan lahan yang marak terjadi, juga kerusakan tanah sudah mencapai 70 persen, yang memaksa para petani harus berinovasi dari pupuk urea ke organik, Senin (26/07).

Kondisi pertanian di Indonesia saat ini semakin terancam, karena kualitas tanah sudah diambang mengkawatirkan, lantaran kesuburannya terus berkurang, dan kerusakan ekosistem bawah tanah, akibat dari penggunaan pupuk kimia berlebihan. Tidak cukup sampai disitu, masa depan petani semakin diragukan, biaya produksi semakin mahal juga jaminan penjualan disaat panen tidak menentu dan kerap menghadapi kondisi harga cenderung anjlok, tak seimbang dengan modal yang dikeluarkan.

Ratusan petani perwakilan dari Kabupaten Batang dan Kendal, dari berbagai jenis tanaman pertanian belajar bareng ilmu pertanian dalam pengurangi konsumsi pupuk kimia beralih ke organik yang lebih murah dan efektif. Anam Masruh mengatakan kegiatan yang diinisasi oleh pengasuh Ponpen tersebut, berlangsung di aula Pondok Pesantren Nashrul Huda II Sidomulyo Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, bersama organisasi pertanian penjamin mutu organing atau Pamor, ajak para petani untuk merubah pola pikir dalam bercocok tanam. Yakni dengan merubah pola tanam khususnya beralih memaksimalkan pengggunaan pupuk organik yang bisa menyuburkan tanah juga berimplikasi hasil panen meningkat, sebagaimana yang disampaikan oleh alumnus UGM atau perwakilan Food and Agriculture Organization atau FAO, dan Aliansi Organik Indonesia atau AOI.

Semarak hari Tani Indonesia patut dijadikan momen perubahan petani lebih sejahtera. Namun saat ini, tanah pertanian sudah rusak akibat penggunaan pupuk non organik berlebihan, yang berdampak kualitas produksi menurun sehingga lahan pertaniannya dijual, karena dianggap tidak produktif, untuk itu petani harus mengembalikan kesuburan tanah dengan bertani organik, regeneratif, ujarnya.

Sementara itu Pengasuh Pondok Pesantren Nashrul Huda II, Syafiq Suyuti Hadinegoro mengatakan, pihaknya bersama organisasi pertanian Pamor Robban mengaku prihatin terhadap nasib pejuang panjang dan sengaja mengumpulkan para petani termarginalkan, untuk mengubah pola tanam dan mengembalikan kesuburan tanah. Pasalnya, petani penggarap baik di lahan sawah maupun perhutanan sosial tersebut kerap terabaikan nasibnya, ditengah tingginya biaya produksi yang tak seimbang dengan hasil panen dengan harga murah.

“Selain diajari pola tanam supaya menghasilkan buah yang bagus dan banyak, serta jaminan pasar pasca panen yang jelas, juga bisa menghilangkan rasa keputusasaan petani ditengah keterpurukan,” tuturnya.

Meskipun peran pemerintah terhadap petani perhutanan sosial kurang dan organi tidak begitu maksimal, para pelaku pasar organik dan petani yang tergabung dalam wadah Pamor Robban tersebut tetap optimistis bisa mandiri dalam swasembada pangan.

Di Kabupaten Batang dan Kendal terdapat lahan Perhutanan Sosial seluas 10.000 hektare dengan permasalahan mendasarnya adalah petani penggarap sebanyak 14.000 kepala keluarga tersebut belum siap untuk menggarapnya dengan berbagai alasan.(ant)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here