Home Headline Ceceran Batubara PLTU Resahkan Nelayan Rusak Ekosistem Laut

Ceceran Batubara PLTU Resahkan Nelayan Rusak Ekosistem Laut

324
0

BATANG, seputarkendal.com – Ratusan nelayan di pesisir Roban Timur, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, resah. Pasalnya, dalam lima hari terakhir aktivitas mencari ikan di laut terganggu oleh banyaknya batu bara yang kerap nyangkut atau terjaring jala nelayan hingga menyebabkan kerusakan. Akibatnya tidak hanya ikan yang didapat, namun juga batu bara yang masih mentah ikut terbawa ke dalam perahu Rabu (23/12).

Seringnya peralatan tangkap nelayan mengalami kerusakan akibat tersangkut batu bara yang berasal dari PLTU Batang, membuat nelayan Roban Timur, Desa Sengon, Kecamatan Subah, mengalami kerugian yang cukup besar. Selain ikan, batu bara yang jumlahnya tidak sedikit tersebut juga ikut terangkut sehingga hasil tangkapan pun menurun drastis sampai 70 persen. Bahkan untuk bisa selamat, nelayan kerap memotong jaring dan meninggalkannya untuk bisa kembali ke darat.

Menurut Yono, salah satu nelayan setempat, banyaknya batu bara yang berceceran di dasar laut, terutama di wilayah tangkap nelayan Roban Timur, sangat memengaruhi pendapatan. Meski berada di luar zona larangan melintas dekat PLTU Batang, nelayan masih merasa was-was saat melaut, selain risiko tersangkut batu bara, juga khawatir hasil tangkapan lebih sedikit karena habitat ikan sudah tidak ada lagi pasca pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

“Uji coba turbin pengoperasian PLTU Batang, diduga menjadi penyebab lenyapnya habitat ikan dan tercecernya batu bara di dasar laut atau kawasan tangkap nelayan kecil di Roban Timur, setalah sebelumnya beberapa kali kapal tongkang raksasa penuh muatan melintasi kawasan tersebut,” ungkap Yono.

Menyikapi keresahan nelayan kecil di Roban Timur, Bupati Batang, Wihaji berjanji akan mengecek dan langsung berkoordinasi dengan Dinas Kelautan Provinsi Jawa Tengah.

“Batubara yang tercecer dan tertangkap ke jaring para nelayan tersebut disebabkan apa dan dari perusahaan mana, supaya bisa segera dimintai pertanggung jawaban atas insiden ini,” terang Wihaji.

Saat ini jumlah kapal nelayan kecil ukuran di bawah 5 gross ton yang beroperasi di Roban Timur atau di sekitar perairan PLTU Batang sebanyak 180 kapal. Ratusan nelayan setempat berharap agar pihak terkait mau memberikan ganti rugi dan menghentikan aktivitas di laut karena mengganggu ekosistem yang tidak hanya berdampak pada lingkungan. Namun juga berdampak pada kelangsungan hidup nelayan sekarang maupun yang akan datang.(ant)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here