KENDAL, seputarbisnis.id – Miris, ditengah meningkatnya angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kendal mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2024, dan belum ada obatnya, namun untuk melaksanakan fogging harus menunggu korban jiwa terlebih dahulu. Padahal Korban sudah begitu banyak, sebagaimana yang disampaikan kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Kendal, bahwa jumlah kasus dbd hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2023, Rabu (18/12?
Sebagaimana menanggapi kasus kematian warga akibat terjangkit virus Demam Berdarah Dengue, Komisi-D DPRD Kabupaten Kendal bergerak cepat dalam merespon info dari masyarakat dengan memanggil Dinas Kesehatan untuk meminta penjelasan terkait kinerja para petugas kesehatan tersebut. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Bambang, saat memberikan keterangan kepada para wakil rakyat, terkait peningkatan kasus DBD di Kendal meningkat tajam di banding pada tahun 2023.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kendal Agustinus Bambang Setyawan, menyampaikan bahwa peningkatan ini selain musim pancaroba atau pergantian musim juga perkembangan jentik nyamuk aedes aegypti sangat pesat. Dengan adanya peningkatan kasus DBD di Kendal menjadi perhatian DPRD Kendal utamanya Komisi D yang menaungi Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan dan beberapa Kepala Bidang di panggil dan dimintasi keterangan oleh Komisi-D terkait peningkatan kasus tersebut.
“Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kendal mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2024, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kendal, jumlah kasus DBD pada tahun 2023 tercatat sebanyak 375 kasus dengan 29 orang meninggal dunia, sementara itu, pada tahun 2024, jumlahnya meningkat tajam menjadi 962 kasus, dengan 32 korban meninggal dunia,”ungkapnya.
“Peningkatan kasus Inveksi DBD tersebut sangat luas biasa disbanding tahun sebelumnya, hal tersebut disebabkan banyak hal, terlebih jentik nyamuk juga bisa bersarang di air bersih seperti bak mandi,”tuturnya.
Bambang menambahkan r ata-rata korban meninggal dunia akibat DBD berada pada rentang usia 12 hingga 15 tahun. Makanya sangat tepat jika anak sekolah sekarang mengenakan celana panjang sehingga bisa meminimalisir anak digigit nyamuk aedes aegypti.
Kepala Dinas Kesehatan dr. Abidin saat rapat dengan Komisi-D DPRD Kendal menyampaikan, sampai saat ini Obat dari penyakit yang disebabkan Penyebaran melalui nyamuk atau pengidap Virus DBD tersebut belum ada. Tidak hanya itu Vaksin juga belum ada, masih dalam penelitian, sehingga solusinya saat ini baru bisa dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan bersama-sama.
“obat dan vaksin belum ada untuk mengatasi Penderita DBD tersebut, yang terpenting saat ini yang harus dilakukan masyarakat untuk kerjasama bergerak bersih-bersih lingkungan khususnya ditengah perubahan iklim seperti saat ini,”katanya.
Ketua Komisi D DPRD Kendal, Dedy Ashari Setyawan mengatakan, bahwa dirinya sempat kaget mendengar kabar yang beredar di tengah masyarakat tentang habisnya anggaran untuk fogging. Sebab tidak mungkin ini dibebankan pada Dinas Kesehatan saja untuk menangani hal tersebut, sehingga nantinya dinas terkait seperti RSU Kendal dan Puskesmas juga akan diminta aktif melakukan penyuluhan serta melakukan program pemberantasan sarang nyamuk atau psn.
“Foogging tidak bisa serta merta dilakukan, terutama harus menunggu korban Terjangkit Virus DBD tersebut meninggal, baru dilakukan kegiatan pengasapan,”katanya.
Jadi untuk wilayah yang terkena DBD untuk di fogging ada syarat tertentu antara lain ada tiga penderita yang dinyatakan dengan laboratorium pasien menderita DB, atau sudah ada korban meninggal baru akan dilakukan fogging. Pencegahan lebih baik, namun selain faktor menjaga kebersihan terutama terkait sarang jentik nyamuk harus dilakukan permbersihan dengan tanggung jawab bersama, akan tetapi pelaksanaan fogging apakah harus selalu menunggu korban jiwa terlebih dahulu.(ant)