BATANG, seputarkendal.com – Pemulihan ekonomi ditengah wabah Virus Corona yang semakin melandai, mulai nampak adanya tren kenaikan produktivitas masyarakat dan korporasi produsen kayu lapis. Sejak dilonggarkannya Peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dunia industri pengolahan kayu tersebut terus menggeliat, dan PT JWI Batang Jawa Tengah mulai melakukan ekspor perdana ke Amerika, Sabtu (18/06).
Peluang pasar dari hulu sampai ke hilir untuk produk jenis perkayuan khususnya olahan kayu sengon dan sejenisnya sangatlah luas dan terbuka, khususnya untuk para petani hutan produksi dan industri tersebut. Karena, banyak buyer luar negeri yang menilai kualitas dari Indonesia sangat bagus dan kompetitif, khususnya dari industri yang ada di Kabupaten Batang.
Hal tersebut bisa dilihat disalah satu pabrik pengolahan kayu atau plywood PT Java Wood Indonesia yang berada di Desa Banaran, Kecamatan Banyuputih, yang belum lama beroperasi ini, langsung dilirik oleh konsumen asal Benua Amerika. Pada kegiatan eskpor perdana yang dihadiri langsung penjabat Bupati Batang, Lany Dwi Rejeki, mengatakan sangat mengapresiasi terhadap pertumbuhan pabrik olahan kayu dengan peluang pasar luas tidak hanya di dalam negeri, bahkan sampai ekspor ke Amerika.
“Geliat perekonomian dalam pemulihan ekonomi sangatlah cepat, dengan banyaknya kebutuhan tenaga kerja yang terserap, di industri perkayuan, sehingga berimplikasi pada daya beli masyarakat semakin meningkat,” tuturnya.
Sementara itu Direktur PT JWI Huang Yangjiang yang diterjemahkan oleh General Manager, Wahyu Wulandari mengatakan dalam proses produksi perusahaanya memaksimalkan bahan baku lokal dari petani yang memanfaatkan lahannya menjadi hutan produksi kayu sengon. Pada ekspor perdana plywood combi birch dengan 100 palet atau 3800 lembar atau 231.8925 meter persegi, size 20,5 x 1220 x 2440 mm dengan tujuan Eksport MC Corry & CO Limited, nilainya mencapai U$D 200 ribu.
“Peluang pasar khususnya petani kayu sengon lokal sangatlah besar karena baru 20 persen yang bisa memenuhi produksi, dan sebagian besar terpaksa harus mendatangkan dari luar daerah dalam melangsungkan produktivitas kayu olahan tersebut,”ungkapnya.

Sebelumnya hanya menyuplai barang setengah jadi ke PT Sengon Indah Mas (SIM), yang masih satu grup, namun berjalannya waktu setelah masuk dalam industri berikat sejak awal tahun lalu, akhirnya bisa memulai ekspor perdananya, dengan kemampuan produksi mencapai 200 sampai 210 kontainer dalam sebulan.
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C atau (KPPBCTMP C) Tegal, Yudi Hendrawan mengatakan banyak manfaatnya menjadi industri berikat, dengan fasilitas adanya penundaan bea masuk, hingga tidak dipungut PPN bila melakukan aktivitas ekspor. Jadi tak heran saat ini pertumbuhan ekspor di eks Karesidenan Pekalongan, menunjukkan tren kenaikan, khususnya di kawasan berikat Batang.
“Menggeliatnya nilai eksport di Kabupaten Batang yang dilakukan oleh perusahaan-perusahan kayu olahan dan sebagainya, ditambah mulai adanya KITB, tidak menutup kemungkinan kantor Bea Cukai juga bakal didirikan di Kabupaten Batang,”ujarnya.
Di Eks Karesidenan Pekalongan saat ini terdapat 28 perusahaan dan sedikitnya 4 perusahaan dari Kabupaten Batang masuk dalam kawasan berikat. Support dari Pemerintah Daerah setempat sangat diharapkan supaya kantor Bea Cukai segera berdiri di Kawasan Industri yang ada di Batang.(ant)