BATANG, seputarkendal.com – Proyek yang menghabiskan APBN triliunan rupiah dengan sebutan PSN tersebut, digadang-gadang bisa membawa manfaat besar bagi warga terdampak di sekitar desa penyangga. Namun sebaliknya, hal tersebut tidak menutup kemungkinan mimpi buruk hanya sekadar menjadi penonton di rumahnya sendiri bakal menjadi kenyataan, dikarenakan Even Organizer dan petugas PMI saja mendatangkan dari luar daerah, seakan Di Kabupaten Batang tidak ada yang sanggup, dalam meriahnya kegiatan HUT KITB, Senin (19/12).
Gegap Gempita kemeriahan Hari Ulang Tahun Kawasan Industri Terpadu Batang yang ke-2, bersamaan perubahan jajaran direksi yang baru belum lama ini, menjadi momen yang spesial buat PSN Grand Batang City. Terus bertambahnya nilai Investasi dan ditargetkan padai tahun depan bisa mulai menyerap tenaga kerja yang dibutuhkan para tenant, dan ditargetkan pada 2024 bisa beroperasi penuh tersebut, bisa membawa dampak positif bagi masyarakat, khususnya warga di Kabupaten Batang, JawaTengah.
Namun dibalik Kemeriahan HUT KITB yang ke-2 berlangsung di Kompleks Rusun 10 tower, Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing tersebut, menyisakan banyak cerita, khususnya keterlibatan warga lokal. Seperti yang dikatakan oleh para anggota PMI Batang Unit Gringsing Lukman dan Ali sangat menyayangkan kurangnya koordinasi lintas sektoral, terlebih dalam melibatkan petugas Palang Merah Indonesia. PMI Cabang Batang selaku pemangku Wilayah PSN KITB tidak diberi tahu atau diikutsertakan namun malah petugas dari luar daerah mendapatkan undangan khusus sebagai petugas medis dalam HUT KITB yang kedua ini.
“Belum berbicara tentang cuan, petugas PMI yang gratisan saja malah impor dari Semarang, apalagi seperti Even Organizer yang menghasilkan keuntungan, ya pasti tahu sendiri, orang lokal nomor sekian,”ujarnya.
Ketua PMI Gringsing Suratno mengungkapkan, terkait kehadiran PMI dari Semarang tersebut dirinya tidak tahu siapa yang mendelegasikan ikut pospam kesehatan di kegiatan HUT KITB. Dari internal kepengurusan Palang Merah Indonesia Cabang Batang saja, tidak ada yang merekomendasikan pengurus PMI Gringsing selaku daerah penyangga PSN untuk ikut hadir sebagai petugas.
“Tidak ada undangan masuk untuk mendirikan pos atau menerjunkan petugas kesehatan pada acara yang digelar KITB di Rusun tersebut, wong saya sendiri karena tak ada undangan, ya tidak hadir,” katanya.
Tak sepatutnya, local wisdom justru dimarjinalkan, karena tidak sesuai dengan arahan dan perintah Presiden Joko Widodo untuk memaksimalkan potensi lokal terlebih dahulu. Jajaran direksi petinggi KITB sudah bagus, namun tidak akan berjalan baik manakala tim teknis lapangan tidak memperdulikan aspek lokal untuk lebih baik dan berkembang, hanya sebagai lips service belaka dimata publik.(ant)