BATANG, seputarkendal.com – Tren kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok kini terus berdampak ke sejumlah sektor, mulai dari perajin tahu tempe gegara kedelai mahal, minyak goreng juga semakin sulit dipasaran yang berimplikasi pada produsen maupun pedagang terancam gulung tikar. Pasalnya, para pedagang kerupuk di pasar tradisional yang ada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, saat ini kesulitan produksi dan terjadi penurunan omzet yang siginifikan, Senin (28/02).
Gejolak perekonomian ditengah pandemi dengan terjadinya kelangkaan yang berakibat tren kenaikan harga tak bisa lagi dihindari, berdampak luas khususnya terhadap pelaku usaha dan para pedagang yang terancam gulung tikar lantaran mengalami penurunan omzet hingga 100 persen. Meski tidak berani menaikkan harga, namun suasana pasar semakin sepi dan pelanggan cenderung belanja sembako yang harganya tengah bergejolak, sehingga dagangan kerupuknya kurang diminati konsumen.
Seperti yang dialami para pedagang yang jualan di kompleks lapak sentra kerupuk di pasar tradisional Kabupaten Batang, Asih dan Rahmuti mengatakan saat ini dagangannya sepi. Sehari yang biasanya bisa menjual sedikitnya 2000 kerupuk, sejak sejumlah kebutuhan dapur mengalami tren kenaikan harga seperti salah satunya minyak goreng, para warga kemungkinan besar mengalihkan belanjanya ke sembako.
Kenaikan harga minyak goreng diperparah stoknya langka berdampak pada pengeluaran beban belanja produksi semakin meningkat namun tidak diimbangi dengan ikut menaikkan produk jualannya karena takut kehilanggan pelanggan.
“Namun demikian omzet tetap saja menurun, bahkan butuh waktu 3 hari untuk menghabiskan dagangannya yang biasanya hanya sehari,” katanya.
Harga minyak goreng sendiri hingga kini terus mengalami tren kenaikan harga dari harga subsidi Rp 14.000 perliter dengan pembelian terbatas, namun untuk mendapatkan minyak goreng non subsidi harganya bisa tembus dikisaran Rp 20.000 hingga Rp 25.000 perliternya.(ant)