KENDAL, seputarkendal.com – Melambungnya harga kedelai para perajin tahu tempe di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, sejak Jumat hingga kini Selasa (22/02) mogok tidak lagi melakukan produksi. Pasalnya harga kedelai sudah di atas sebelas ribu per kilogram, sehingga pengrajin merugi karena tidak sesuai dengan biaya produksi.
Lantaran harga kedelai terus merangkak naik para pengrajin tahu tempe yang tergabung dalam primer Koperasi tahu tempe Harum Weleri Kendal, terpaksa berhenti produksi, karena kalau diteruskan produksi para perajin makin merugi.
Salah satu perajin tempe di Weleri Kendal H Tiban mengatakan, sejak hari Jumat (18/02) kemarin serentak semua perajin tahu tempe tidak produksi, karena harga bahan baku kedelai terus mengalami lonjakan harga. Tren kenaikan harga tersebut karena di Indonesia kedelai masih impor dari Amerika, sehingga ketika harga dunia naik otomatis sampai di indonesia juga naik.
Haji Tiban menceritakan ketika harga kedelai masih Rp 7.000 per kilo, dia dalam satu hari mampu produksi tempe sebanyak satu setengah kuintal, namun saat ini karena harga kedelai tembus Rp 11.000 lebih hanya produksi satu kuintal lebih lima puluh kilo per hari.
Dengan kondisi seperti ini para perajin hanya bisa pasrah, sudah banyak pengrajin yang gulung tikar mereka yang produksi di bawah seratus kilo pasti gulung tikar. sudah ada sekitar 20 persen perajin tahu tempe di Kendal sudah tidak produksi alias bangkrut. Data dari Primkopti Weleri ada 500 -an pengrajin tahu tempe, namun yang tergabung dengan koperasi para pembuat tahu tempe sekitar 400 perajin.
Ketua Primkopti Kendal Rifai mengatakan, sebenarnya pihaknya tidak menghendaki perajin mogok tidak produksi, namun apa boleh buat kalau perajin merasa merugi pasti dia akan berhenti produksi. Sementara untuk bahan baku kedelai 90 persen impor
“Idealnya harga kedelai Rp 8000 perkilo para perajin sudah dapat untung sehingga masyarakat semua bisa menikmati, namun kalau harga kedelai sudah di atas Rp 11.000 perajin kecil pasti gulung tikar,” jelasnya.
Rifai berharap saatnya pemerintah sudah punya stok nasional seperti jagung, beras dan kedelai ,sehingga ketika stok internasional langka maka stok nasional masih bisa menutup kebutuhan masyarakat. Pemerintah sudah saatnya menata tata niaga harga kedelai, sehingga harga bisa di handle pemerintah dan swasta dengan pembatasan pembelian maka harga akan tetap terkontrol.(ant)